Jalin Kerjasama dengan UIN Surakarta, INAIFAS Gelar Bedah Buku Sufi Healing

Bagikan sekarang

Kamis (1/7), para pejabat struktural UIN Raden Mas Said Surakarta berkunjung ke INAIFAS. Kedatangan mereka dalam rangka penandatanganan MoU dengan kampus hijau ini. kerjasama dua institusi ini meliputi pengembangan tridharma perguruan tinggi, di bidang pendidikan, pengajaran, dan pengabdian kepada masyarakat.

Realisasi dari MoU ini dilaksanakan segera dengan membedah buku Self Healing: Integrasi Tasawwuf dan Psikologi dalam Penyembuhan Psikis dan Fisik karya KH. Dr. Syamsul Bakri, M.Ag., pimpinan rombongan.

Dalam sambutannya, Rijal Mumazziq Z M.H.I, Rektor INAIFAS, mengucapkan terimakasih atas kunjungan para pejabat UIN Surakarta. Dia menandaskan, kunjungan ini menjadi salah satu aspek pembelajaran bagi kedua kampus ini. “Tentu, kita berharap kedatangan para tamu ini akan membawa kemanfaatan dan keberkahan bagi kita semua. Bedah dua buku karya dosen ini menjadi salah satu realisasi dari kerjasama yang kita bina.” kata Gus Rijal, sapaan akrabnya.

Sebaliknya, KH. Dr. Syamsul Bakri, yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor III UIN Surakarta ini menuturkan, tindak lanjut dari MoU yang dicapai, adalah penguatan kerjasama pengembangan tridharma perguruan tinggi. Acara yang berlangsung di aula kampus dengan jumlah peserta terbatas ini berlangsung dinamis dan santai.

Sufi Healing itu ruhnya ada pada tasawwuf. Bagaimana kalimat mulia seperti dzikir dan bacaan al-Qur’an itu bisa memberi dampak pada kesehatan jasmani dan rohani. Sebab, Sufi Healing bermakna Self Healing juga.” kata Gus Syamsul, panggilan akrabnya.

Penulis beberapa buku ini memberi contoh yang dilakukan oleh KH. Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin. Mursyid Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah ini melakukan “ijtihad ruhaniah” dengan cara mendirikan al-Inabah, sebuah pesantren yang dikhususkan untuk mengobati para pecandu narkoba. Pesantren ini memiliki banyak cabang di Indonesia dan turut andil di dalam upaya rehabilitasi jasmani, psikis, dan ruhani para pecandu narkoba.

Pola semacam ini dilakukan agar tasawwuf tidak berada di Menara Gading, elitis, dan sukar dijangkau orang awam, melainkan lebih membumi dan praktis dirasakan manfaatnya. “Ibaratnya, tasawwuf itu ilmu meracik teh. Setelah menguasai ilmu ini, maka harus bisa menikmati minum teh. Praktek, tidak hanya teori saja.” kata pengasuh Ponpes Darul Afkar Klaten ini.

Selain membedah buku Sufi Healing, acara tersebut juga mendiskusikan buku Arah Baru Manajemen Pondok Pesantren, karya dosen INAIFAS, Dr. Fauzan Adhim, M.Pd.I. (tim humas inaifas)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top